Archive for Oktober 2013
4 Pilar Pendidikan UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada
cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas
pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas
pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja
yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa
dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang
berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia
yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah
dan penuh teka-teki. Berangkat dari pemikiran tersebut, Persarikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,
Scientific and Cultural Organization)mencanangkan empat pilar pendidikan,
yakni:
(1) Learning to know,
(2) Learning to do,
(3) Learning to live together, dan
(4) Learning to be.
Berikut ini akan saya sampaikan ulasan mengenai ke empat pilar pendidikan tersebut.
1. Learning to know
Berikut ini akan saya sampaikan ulasan mengenai ke empat pilar pendidikan tersebut.
1. Learning to know
Learning
to know merupakan pilar pertama belajar menurut UNESCO. Proses belajar pada
learning to know adalah bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan
mengerti teknik. Learning to know juga dapat diartikan dengan long life
education yang berarti belajar sepanjang hayat, dimulai dari kita lahir
sampai tua nanti. Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas
keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik
didalam maupun diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup
berlangsung seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia.
2. Learning to do
2. Learning to do
Learning to do merupakan pilar kedua
dalam 4 pilar belajar menurut UNESCO. Yang artinya adalah proses belajar yang
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan kerja atau dapat mempraktekan
apa yang sudah ia pelajari. Dalam hal ini sekolah adalah salah satu fasilitas
yang dapat membimbing agar peserta didik dapaat mengaktualisasikan keterampilan
yang ia miliki.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3. Learning to be
Pilar ketiga ialah learning to be atau belajar untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Dalam learning to be, belajar merupakan proses membentuk peserta didik agar memiliki jati diri, memiliki rasa percaya diri, penguasaan pengetahuan dan memiliki keterampilan agar dapat bersaing di era global. Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.
4. Learning to live together
Pilar terakhir yaitu learning to live together. Setelah memiliki modal pengetahuan, keterampilan, dan memiliki jati diri, peserta didik harus bisa bersosialisasi di masyarakat. Dalam artian, ia harus bisa bekerja sama, saling menghargai, dan memiliki sikap pengertian atar ras, suku, dan agama.Kemajuan dunia dalam bidang IPTEK dan ekonomi yang mengubah dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antar manusia yang selalu mewarnai sejarah umat manusia.
Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin merebak seperti konflik nasionalis, ras dan konflik antar agama. Apapun penyebabnya, semua konflik itu didasari oleh ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk menerima suatu perbedaan. Pendidikan dituntut untuk tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, dan pengertian. Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik.
Faktor - Faktor Belajar Dan Pembelajaran
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal . kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif.
Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor - faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis Kecerdasan merupakan faktor psikologis kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ oleh Till (1971), distribusi sebagai berikut:
TINGKAT KECERDASAN (IQ)
- 140 keatas - Genius
- 110 - 130 - Superior
- 90 - 110 - Di atas rata-rata
- 70 - 90 - lambat
- 50 - 70 - moron
- 0 - 50 - idiot
Dari tabel tersebut, dapat diketahui ada 6 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
- Kelompok kecerdasan gejius IQ 140 ke atas, mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari golongan lainnya.
- Kelompok kecerdasan superior IQ 110 - 130, mereka yang cepat mengerti.
- Kelompok kecerdasan di atas rata-rata dengan IQ 90 - 110 , kelompok ini digolongkan di atas rata-rata.
- Kelompok kecerdasan anak lambat IQ 70 – 90, golongan ini di bawah rata-rata.
- Kelompok kecerdasan moron dengan IQ antara 50 - 70, golongan ini memiliki keterbatasan atau kelemahan mental
- Kelompok kecerdasan idiot yang IQnya antara 0 - 50, dari IQ 0, 20 atau 25 tergolong tidak dapat dididik atau dilatih mereka hanya mampu belajar tidak lebih dari dua tahun, sedangkan IQ 25 - 50 bisa dididik untuk mengurus kegiatan rutin yang sederhana atau untuk mengurus kebutuhan jasmaninya.
2. Faktor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan non sosial.
a. Lingkungan social
Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan social keluarga. Lingkungan Lingkungan social keluarga. Lingkungan Lingkungan social keluarga. Lingkungan pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
b. Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
SUMBER : bimbelpim.com
Resume Prinsip - Prinsip Pembelajaran
Pada hari kamis tepatnya tanggal 03 Oktober 2013, di mata kuliah "Teori Belajar Dan Pembelajaran" dosen saya membahas tentang Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran. Kali ini saya akan mem-postingkan hasil resume saya sendiri.
- Interaksi
- Peserta Didik
- Pendidik
- Sumber Belajar
- Lingkungan Pendidikan
Kelima unsur - unsur tersebut sangatlah penting, kenapa? karena jika salah satu diantaranya tidak ada maka tidak akan terjadi apa yang disebut dengan pembelajaran. Sebagai contoh, jika didalam suatu lingkungan pembelajaran tidak ada interaksi, maka tidak adanya hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Begitu juga halnya dengan pendidik, jika tidak ada pendidik, maka peserta didik tidak diberi pengarahan dalam belajar, walaupun peserta didik memiliki sumber belajar berupa buku, modul, dan beberapa media pembelajaran yang lain, tetapi pendidik memiliki aspek yang tidak dimiliki oleh sumber belajar. Pendidik tidak hanya mengajarkan apa yang mereka pikirkan saja, tetapi juga apa yang ada di hati mereka dan tanggung jawab terhadap peserta didiknya. Sumber belajar dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran agar menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Prinsip Belajar
Prinsip merupakan "Kebenaran Yang Menjadi Dasar Pokok Berpikir". Jadi, prinsip merupakan sesuatu yang menjadi landasan kita untuk melakukan sesuatu karena prinsip memiliki sifat yang mengikat. Dengan kata lain "harus". Maka prinsip pembelajaran harus sangat diperhatikan oleh pendidik maupun peserta didik. Dan berikut adalaha Prinsip - Prinsip Belajar.
- Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
- Belajar berlangsung seumur hidup.
- Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkuangan, kematangan, serta usaha dari setiap individu itu sendiri.
- Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
- Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
- Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.
- Dalam belajar dibutuhkan motivasi.
- Perbuatan belajar bervariasi dari mulai yang sederhana sampai yang komplek.
- Dalam belajar terjadi adanya hambatan-hambatan.
- Kegiatan belajar diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang.
Memang dalam kegiatan belajar, pendidik tidak boleh menganggap semua peserta didik itu sama, karena setiap peserta didik itu memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi yang dimiliki oleh manusia sejak lahir adalah keyakinannya terhadap Tuhan. Ada beberapa aliran yang meliputi tentang potensi. yakni :
1. Navitisme
Aliran Navitisme yang meyakini bahwa potensi seseorang itu sudah ada sejak lahir, dengan kata lain bahwa individu tersebut sudah dianugerahi oleh Tuhan
2. Konstruktivisme
Aliran ini mempercayai bahwa potensi seseorang bisa diciptakan melalui suatu proses yang cukup lama.
3. Empirisme
Dalam aliran Empirisme, faktor lingkungan sangat berperan aktif dalam membentuk potensi seorang individu tersebut.
4. Konvergensi
Aliran ini merupakan aliran yang bisa dibilang kompleks. Aliran ini tidak menyetujui tentang aliran Nativisme dan Empirisme, tetapi mengakui adanya kedua aliran tersebut. Aliran Konvergensi merupaka gabungan dari aliran Nativisme dan Empirisme.
Jika kita membahas apa yng disebut dengan belajar, maka tidak akan ada habisnya. Tetapi semua itu menuju dalam satu tujuan yaitu untuk sebuah perubahan. Ada 4 Pilar Belajar, antara lain sebagai berikut.
- Belajar mengetahui (Learning to know)
- Belajar berkarya (Learning to do)
- Belajar hidup bersama (Learning to live together)
- Belajar berkembang utuh (Learning to be)
- Guru sebagai instruksi yang handal
- Guru sebagai motivator
- Guru sebagai manajer
- Guru sebagai pemimpin
- Guru sebagai penasihat
- Guru sebagai perekayasa lingkungan.
1. Informasi Verbal
Dalam hal ini, hasil yang diharapkan adalah perserta didik dapat memahami informasi yang dia dapatkan dan dapat mengemukakannya.
2. Sikap
Proses belajar membuat peserta didik dapat memilih sikap yang harus mereka pilih dalam kehidupan mereka.
3. Skill Intelektual
Peserta didik dapat memanfaatkan IQ yang mereka miliki didalam pembelajaran untuk memahami suatu proses dan memecahkan suatu masalah yang mereka terima.
4. Kemampuan Bergerak
Hasil yang ingin diraih dalam hal ini adalah peserta didik dapat memadukan antara bahasa lisan dan juga bahasa tubuh mereka dalam menyampaikan informasi
5. Kemampuan Kognitif
Strategi ini digunakan untuk mengontrol pemikiran seseorang dalam artian pemahaman yang didapatkan oleh suatu individu dapat dipahami oleh pemikiran individu lainnya.